Kamis, 02 September 2010

KISAH INSPIRATIF''muallaf cilik''

Kisah spiritual anak kecil yang
memeluk islam hanya karena
dia baca mengenai buku
Islam, setelah sebelumnya
orang tuanya memberinya
semua buku semua agama
yang ada di dunia, Orang tua
mutusin agar anaknya sendiri
yang memilih agamanya.

KISAH BOCAH AMERIKA
MASUK ISLAM

Rasulullah saw bersabda:
” Setiap bayi yang dilahirkan
dalam keadaan fitrah. Maka
kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, atau
Nasrani, atau Majusi. ” (HR.
Bukhari)

Kisah bocah Amerika ini tidak
lain adalah sebuah bukti yang
membenarkan hadits tersebut
di atas.

Alexander Pertz dilahirkan
dari kedua orang tua Nasrani
pada tahun 1990 M. Sejak awal
ibunya telah memutuskan
untuk membiarkannya
memilih agamanya jauh dari
pengaruh keluarga atau
masyarakat. Begitu dia bisa
membaca dan menulis maka
ibunya menghadirkan
untuknya buku-buku agama
dari seluruh agama, baik
agama langit atau agama
bumi. Setelah membaca
dengan mendalam, Alexander
memutuskan untuk menjadi
seorang muslim.
Padahal ia
tak pernah bertemu muslim
seorangpun.
Dia sangat cinta dengan
agama ini sampai pada
tingkatan dia mempelajari
sholat, dan mengerti banyak
hukum-hukum syar ’i,
membaca sejarah Islam,
mempelajari banyak kalimat
bahasa Arab, menghafal
sebagian surat, dan belajar
adzan.
Semua itu tanpa bertemu
dengan seorang muslimpun.

Berdasarkan bacaan-bacaan
tersebut dia memutuskan
untuk mengganti namanya
yaitu Muhammad ’Abdullah,
dengan tujuan agar
mendapatkan keberkahan
Rasulullah saw yang dia cintai
sejak masih kecil.

Salah seorang wartawan
muslim menemuinya dan
bertanya pada bocah tersebut.
Namun, sebelum wartawan
tersebut bertanya kepadanya,
bocah tersebut bertanya
kepada wartawan itu,
” Apakah engkau seorang yang
hafal Al Quran ?”

Wartawan itu berkata:
” Tidak”. Namun sang
wartawan dapat merasakan
kekecewaan anak itu atas
jawabannya.

Bocah itu kembali berkata ,
” Akan tetapi engkau adalah
seorang muslim, dan mengerti
bahasa Arab, bukankah
demikian ?”. Dia menghujani
wartawan itu dengan banyak
pertanyaan. ”Apakah engkau
telah menunaikan ibadah
haji ?
Apakah engkau telah
menunaikan ’umrah ?
Bagaimana engkau bisa
mendapatkan pakaian ihram ?
Apakah pakaian ihram
tersebut mahal ? Apakah
mungkin aku membelinya di
sini, ataukah mereka hanya
menjualnya di Arab Saudi
saja ? Kesulitan apa sajakah
yang engkau alami, dengan
keberadaanmu sebagai
seorang muslim di komunitas
yang bukan Islami ?”

Setelah wartawan itu
menjawab sebisanya, anak itu
kembali berbicara dan
menceritakan tentang
beberapa hal berkenaan
dengan kawan-kawannya,
atau gurunya, sesuatu yang
berkenaan dengan makan
atau minumnya, peci putih
yang dikenakannya, ghutrah
(surban) yang dia lingkarkan
di kepalanya dengan model
Yaman, atau berdirinya di
kebun umum untuk
mengumandangkan adzan
sebelum dia sholat.
Kemudian
ia berkata dengan penuh
penyesalan, ”Terkadang aku
kehilangan sebagian sholat
karena ketidaktahuanku
tentang waktu-waktu sholat.”
Kemudian wartawan itu
bertanya pada sang bocah,
” Apa yang membuatmu
tertarik pada Islam ? Mengapa
engkau memilih Islam, tidak
yang lain saja ?” Dia diam
sesaat kemudian menjawab.

Bocah itu diam sesaat dan
kemudian menjawab, ”Aku
tidak tahu, segala yang aku
ketahui adalah dari yang aku
baca tentangnya, dan setiap
kali aku menambah bacaanku,
maka semakin banyak
kecintaanku ”.
Wartawab bertanya kembali,
” Apakah engkau telah puasa
Ramadhan ?”
Muhammad tersenyum sambil
menjawab, ”Ya, aku telah
puasa Ramadhan yang lalu
secara sempurna.
Alhamdulillah, dan itu adalah
pertama kalinya aku berpuasa
di dalamnya. Dulunya sulit,
terlebih pada hari-hari
pertama”. Kemudian dia
meneruskan : ”Ayahku telah
menakutiku bahwa aku tidak
akan mampu berpuasa, akan
tetapi aku berpuasa dan tidak
mempercayai hal tersebut ”.
”Apakah cita-citamu ?” tanya
wartawan
Dengan cepat Muhammad
menjawab, ”Aku memiliki
banyak cita-cita. Aku
berkeinginan untuk pergi ke
Makkah dan mencium Hajar
Aswad ”.
”Sungguh aku perhatikan
bahwa keinginanmu untuk
menunaikan ibadah haji
adalah sangat besar. Adakah
penyebab hal tersebut ?”
tanya wartawan lagi.
Ibu Muhamad untuk pertama
kalinya ikut angkat bicara, dia
berkata : ”Sesungguhnya
gambar Ka’bah telah
memenuhi kamarnya,
sebagian manusia menyangka
bahwa apa yang dia lewati
pada saat sekarang hanyalah
semacam khayalan, semacam
angan yang akan berhenti
pada suatu hari.
Akan tetapi
mereka tidak mengetahui
bahwa dia tidak hanya
sekedar serius, melainkan
mengimaninya dengan sangat
dalam sampai pada tingkatan
yang tidak bisa dirasakan oleh
orang lain ”.

Tampaklah senyuman di wajah
Muhammad ’Abdullah, dia
melihat ibunya membelanya.
Kemudian dia memberikan
keterangan kepada ibunya
tentang thawaf di sekitar
Ka ’bah, dan bagaimanakah
haji sebagai sebuah lambang
persamaan antar sesama
manusia sebagaimana Tuhan
telah menciptakan mereka
tanpa memandang perbedaan
warna kulit, bangsa, kaya,
atau miskin.

Kemudian Muhammad
meneruskan, ”Sesungguhnya
aku berusaha mengumpulkan
sisa dari uang sakuku setiap
minggunya agar aku bisa pergi
ke Makkah Al-Mukarramah
pada suatu hari.
Aku telah
mendengar bahwa perjalanan
ke sana membutuhkan biaya 4
ribu dollar, dan sekarang aku
mempunyai 300 dollar. ”
Ibunya menimpalinya seraya
berkata untuk berusaha
menghilangkan kesan
keteledorannya, ”Aku sama
sekali tidak keberatan dan
menghalanginya pergi ke
Makkah, akan tetapi kami
tidak memiliki cukup uang
untuk mengirimnya dalam
waktu dekat ini. ”
”Apakah cita-citamu yang
lain ?” tanya wartawan.
“Aku bercita-cita agar
Palestina kembali ke tangan
kaum muslimin. Ini adalah
bumi mereka yang dicuri oleh
orang-orang Israel (Yahudi)
dari mereka. ” jawab
Muhammad
Ibunya melihat kepadanya
dengan penuh keheranan.
Maka diapun memberikan
isyarat bahwa sebelumnya
telah terjadi perdebatan
antara dia dengan ibunya
sekitar tema ini.
Muhammad berkata, ”Ibu,
engkau belum membaca
sejarah, bacalah sejarah,
sungguh benar-benar telah
terjadi perampasan terhadap
Palestina. ”
”Apakah engkau mempunyai
cita-cita lain ?” tanya
wartawan lagi.
Muhammad menjawab, “Cita-
citaku adalah aku ingin
belajar bahasa Arab, dan
menghafal Al Quran. ”
“Apakah engkau berkeinginan
belajar di negeri Islam ?”
tanya wartawan
Maka dia menjawab dengan
meyakinkan : “Tentu”
”Apakah engkau mendapati
kesulitan dalam masalah
makanan ? Bagaimana engkau
menghindari daging babi ?”
Muhammad menjawab, ”Babi
adalah hewan yang sangat
kotor dan menjijikkan. Aku
sangat heran, bagaimanakah
mereka memakan dagingnya.
Keluargaku mengetahui
bahwa aku tidak memakan
daging babi, oleh karena itu
mereka tidak
menghidangkannya untukku.
Dan jika kami pergi ke
restoran, maka aku kabarkan
kepada mereka bahwa aku
tidak memakan daging babi.”

”Apakah engkau sholat di
sekolahan ?”
”Ya, aku telah membuat
sebuah tempat rahasia di
perpustakaan yang aku shalat
di sana setiap hari ” jawab
Muhammad
Kemudian datanglah waktu
shalat maghrib di tengah
wawancara.
Bocah itu
langsung berkata kepada
wartawan, ”Apakah engkau
mengijinkanku untuk
mengumandangkan adzan ?”
Kemudian dia berdiri dan
mengumandangkan adzan.
Dan tanpa terasa, air mata
mengalir di kedua mata sang
wartawan ketika melihat dan
mendengarkan bocah itu
menyuarakan adzan.