Selasa, 26 Januari 2010

PERIKANAN LELE DESA WONOSARI

Desa wonosari merupakan salah satu desa terproduktif dikabupaten demak.Desa tsb
berhasil dengan budidaya
jambu dan lele sehingga
populer disebut ‘’Bule’’
singkatan dari jambu dan lele.
Keberhasilan kampung itu bisa
disaksikan di salah satu stand
Soropadan Agro Expo (SAE) IV
2009, di Sub Terminal Agro
(STA), Desa Soropadan,
Kecamatan Pringsurat,
Kabupaten Temanggung. Nah,
di situ pengunjung bisa
bertanya tentang budidaya
ikan lele dan jambu merah
delima yang rasanya manis.
Kita juga bisa menikmati
kolam lele yang di sekitarnya
terdapat pohon jambu air
yang sudah berbuah. Memang
tak sedetail seperti aslinya di
kampong ‘’Bule’’ tapi minimal
bisa mengispirasi pengunjung
untuk melakukan budidaya
serupa.
Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten Demak, Ir Wibowo
MM, mengatakan Desa
Wonosari merupakan desa
rintisan untuk budidaya lele
dan jambu yang terbagi dua
varietas yakni delima dan
citra. ‘’Upaya
memasyarakatkan budidaya
jambu air di Demak diawali
dengan pembagian bibit jambu
delima gratis 1995 lalu. Hingga
akhirnya berkembang
dipadukan pembudidayaan
ikan lele,’’ katanya.
Keberhasilan di Desa
Wonosari, lanjut dia, mulai
tampak pada satu tahun
terakhir ini. Petani tak hanya
mendapatkan hasil ikan lele
saja tapi juga jambu merah
delima dan citra yang ditanam
di sekitar kolam. ‘’Pohon
jambu yang tumbuh di sekitar
kolam rasa buahnya lebih
manis dan pohonnya tumbuh
subur. Pohon itu juga
menopang ekosistem kolam
lele sehingga hasil panennya
lebih bagus,’’ katanya.
Dia mencontohkan, sebelum
ada budidaya jambu dan lele
Desa Wonosari merupakan
salah satu desa tertinggal.
Pendapatan petani masih di
bawah rata-rata, tapi
sekarang mereka
mendapatkan nilai tambah
dari budidaya lele dan jambu.
‘’ Mereka bisa panen lele dan
jambu empat bulan sekali.
Sekarang ini banyak diantara
warga yang pergi haji karena
telah berhasil
membudidayakan lele dan
jambu, ’’ katanya.Photobucket
Dia merinci di desa itu kini
terdapat 1.500 petak kolam
atau seluas 50 hektare dan 4
ribu batang pohon jambu yang
masih produktif. Setiap
harinya mampu menyuplai
kebutuhan ikan di pasaran
rata-rata 5 sampai 7 ton.
Setiap 100 meter persegi
kolam, bisa ditebari 10 ribu
benih bibit ikan lele dan di
atasnya tumbuh minimal
empat pohon jambu. Setiap
empat bulan sekali
menghasilkan delapan kwintal
lele siap jual dan satu pohon
jambu menghasilan
500 hingga 1.000 biji.
Jika dikalkulasi dalam jumlah
uang, ikan lele dijual dengan
harga rata-rata Rp 7.000/Kg
dan jambunya laku sekitar Rp
400 ribu. Jika petani
menggunakan perpaduan
makan ternak lele, pelet dan
ikan rucak (ikan laut curah),
maka
keuntungannya setiap 100
meter persegi sekitar Rp 3
juta padahal sebelumnya
hanya Rp 1 juta saja setiap
panen.
‘’ Dahulu warga Wonosari
termasuk desa miskin tapi
sekarang kesejahteraan
masyarakat meningkat. Untuk
menggeliatkan sektor lain
yang masih berbasis
peternakan lele sekarang ini
baru dirintis pembuatan abon
lele dan kerupuk kulit lele, ’’
katanya.
Menurutnya, setiap kali panen
lele yang besar-besar justru
tak laku, karena itu dibuatlah
produk lain yakni, panggang
lele (lele asap), abon lele dan
kerupuk lele. Sedangkan
bagian kepala lele bisa
dimanfaatkan untuk pupuk
organik.
jadi hasil panen lele yang melimpah tidak di manfaatkan tengkulak untuk memainkan harga dan masyarakat bisa memilih opsi lan untuk hasil panennya.
Inilah gambaran sekilas tentang sektor penunjang perekonomian desa wonosari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar