Minggu, 31 Januari 2010

SEJARAH PEMBANGUNAN MASJID AGUNG DEMAK

PhotobucketJika kita berkunjung ke kab.Demak tak lengkap rasanya jika kita tidak berkunjung ke masjid agung demak yang merupakan masjid yang paling bersejarah dalam perkembangan islam di pulau jawa.
Berikut saya akan mengulas sejarah pembangunan masjid demak yang saya kutip dari berbagai sumber.
Masjid Agung Demak
merupakan masjid tertua di
Pulau Jawa, didirikan Wali
Sembilan atau Wali Songo.
Lokasi Masjid berada di pusat
kota Demak, berjarak + 26 km
dari Kota Semarang, + 25 km
dari Kabupaten Kudus, dan +
35 km dari Kabupaten Jepara.
Masjid ini merupakan cikal
bakal berdirinya kerajaan
Glagahwangi Bintoro Demak.
Struktur bangunan masjid
mempunyai nilai historis seni
bangun arsitektur tradisional
khas Indonesia. Wujudnya
megah, anggun, indah,
karismatik, mempesona dan
berwibawa. Kini Masjid Agung
Demak difungsikan sebagai
tempat peribadatan dan
ziarah.
Penampilan atap limas
piramida masjid ini
menunjukkan Aqidah
Islamiyah yang terdiri dari tiga
bagian ; (1) Iman, (2) Islam,
dan (3) Ihsan. Di Masjid ini
juga terdapat “Pintu Bledeg”,
bertuliskan “Condro
Sengkolo”, yang berbunyi
Nogo Mulat Saliro Wani,
dengan makna tahun 1388
Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Raden Fattah
bersama Wali
Songo mendirikan
Masjid Maha karya
abadi yang
karismatik ini
dengan memberi prasasti
bergambar bulus. Ini
merupakan Condro Sengkolo
Memet, dengan arti Sariro
Sunyi Kiblating Gusti yang
bermakna tahun 1401 Saka.
Gambar bulus terdiri dari
kepala yang berarti angka 1
( satu ), kaki 4 berarti angka 4
( empat ), badan bulus berarti
angka 0 ( nol ), ekor bulus
berarti angka 1 ( satu ). Bisa
disimpulkan, Masjid Agung
Demak berdiri pada tahun
1401 Saka.
Soko
Majapahit ,
tiang ini
berjumlah
delapan
buah
terletak di serambi masjid.
Benda purbakala hadiah dari
Prabu Brawijaya V Raden
Kertabumi ini diberikan
kepada Raden Fattah ketika
menjadi Adipati Notoprojo di
Glagahwangi Bintoro Demak
1475 M.
Pawestren, merupakan
bangunan yang khusus dibuat
untuk sholat jama’ah wanita.
Dibuat menggunakan
konstruksi kayu jati, dengan
bentuk atap limasan berupa
sirap ( genteng dari kayu )
kayu jati. Bangunan ini
ditopang 8 tiang penyangga, di
mana 4 diantaranya berhias
ukiran motif Majapahit. Luas
lantai yang membujur ke
kiblat berukuran 15 x 7,30 m.
Pawestren ini dibuat pada
zaman K.R.M.A.Arya
Purbaningrat, tercermin dari
bentuk dan motif ukiran
Maksurah atau Kholwat yang
menerakan tahun 1866 M.
Surya
Majapahit ,
merupakan
gambar
hiasan segi 8
yang sangat
populer pada masa Majapahit.
Para ahli purbakala
menafsirkan gambar ini
sebagai lambang Kerajaan
Majapahit. Surya Majapahit di
Masjid Agung Demak dibuat
pada tahun 1401 tahun Saka,
atau 1479 M.
Maksurah , merupakan
artefak bangunan berukir
peninggalan masa lampau
yang memiliki nilai estetika
unik dan indah. Karya seni ini
mendominasi keindahan ruang
dalam masjid. Artefak
Maksurah didalamnya
berukirkan tulisan arab yang
intinya memulyakan ke-Esa-an
Tuhan Allah SWT. Prasasti di
dalam Maksurah menyebut
angka tahun 1287 H atau 1866
M, di mana saat itu Adipati
Demak dijabat oleh K.R.M.A.
Aryo Purbaningrat.
Pintu
Bledheg,
pintu yang
konon
diyakini
mampu
menangkal
petir ini
merupakan
ciptaan Ki
Ageng Selo pada zaman Wali.
Peninggalan ini merupakan
prasasti “Condro Sengkolo”
yang berbunyi Nogo Mulat
Saliro Wani, bermakna tahun
1388 Saka atau 1466 M, atau
887 H.
Mihrab atau tempat
pengimaman, didalamnya
terdapat hiasan gambar bulus
yang merupakan prasasti
“Condro Sengkolo”. Prasasti
ini memiliki arti“Sariro Sunyi
Kiblating Gusti”, bermakna
tahun 1401 Saka atau 1479 M
(hasil perumusan Ijtihad). Di
depan Mihrab sebelah kanan
terdapat mimbar untuk
khotbah. Benda arkeolog ini
dikenal dengan sebutan
Dampar Kencono warisan dari
Majapahit.
Dampar Kencana , benda
arkeologi ini merupakan
peninggalan Majapahit abad
XV, sebagai hadiah untuk
Raden Fattah Sultan Demak I
dari ayahanda Prabu
Brawijaya ke V Raden
Kertabumi. Semenjak tahta
Kasultanan Demak dipimpin
Raden Trenggono 1521 – 1560
M, secara universal wilayah
Nusantara menyatu dan
masyhur, seolah mengulang
kejayaan Patih Gajah Mada.
Soko
Tatal /
Soko Guru
yang
berjumlah
4 ini
merupakan
tiang
utama
penyangga
kerangka
atap masjid yang bersusun
tiga. Masing-masing soko guru
memiliki tinggi 1630 cm.
Formasi tata letak empat soko
guru dipancangkan pada
empat penjuru mata angin.
Yang berada di barat laut
didirikan Sunan Bonang, di
barat daya karya Sunan
Gunung Jati, di bagian
tenggara buatan Sunan
Ampel, dan yang berdiri di
timur laut karya Sunan
Kalijaga Demak. Masyarakat
menamakan tiang buatan
Sunan Kalijaga ini sebagai
Soko Tatal.
Situs Kolam Wudlu . Situs ini
dibangun mengiringi awal
berdirinya Masjid Agung
Demak sebagai tempat untuk
berwudlu. Hingga sekarang
situs kolam ini masih berada
di tempatnya meskipun sudah
tidak dipergunakan lagi.
Menara, bangunan sebagai
tempat adzan ini didirikan
dengan konstruksi baja.
Pemilihan konstruksi baja
sekaligus menjawab tuntutan
modernisasi abad XX.
Pembangunan menara
diprakarsai para ulama,
seperti KH.Abdurrohman
(Penghulu Masjid Agung
Demak), R.Danoewijoto,
H.Moh Taslim, H.Aboebakar,
dan H.Moechsin.
Hingga saat ini masjid agung demak telah mengalami beberapa tahap pemugaran.
Hal ini dilakukan mengingat beberapa bagian masjid sudah lapuk termakan usia. sehingga situs sejarah ini dapat di nikmati oleh anak cucu kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar