Jumat, 29 Januari 2010

SUNAN KALIJAGA

Photobucket
Jika pada postingan sebelumnya saya membahas sejarah kota demak, kali ini saya akan menceritakan salah satu wali asli keturunan tanah jawa, Dialah “wali” yang namanya
paling banyak disebut
masyarakat Jawa. Ia lahir
sekitar tahun 1450 Masehi.
Ayahnya adalah Arya
Wilatikta, Adipati Tuban -
keturunan dari tokoh
pemberontak Majapahit,
Ronggolawe. Masa itu, Arya
Wilatikta diperkirakan telah
menganut Islam
Nama kecil Sunan Kalijaga
adalah Raden Said. Ia juga
memiliki sejumlah nama
panggilan seperti Lokajaya,
Syekh Malaya, Pangeran
Tuban atau Raden
Abdurrahman.Terdapat
beragam versi menyangkut
asal-usul nama Kalijaga yang
disandangnya.
Masyarakat Cirebon
berpendapat bahwa nama itu
berasal dari dusun Kalijaga di
Cirebon. Sunan Kalijaga
memang pernah tinggal di
Cirebon dan bersahabat erat
dengan Sunan Gunung Jati.
Kalangan Jawa
mengaitkannya dengan
kesukaan wali ini untuk
berendam (‘kungkum’) di
sungai (kali) atau “jaga kali”.
Namun ada yang menyebut
istilah itu berasal dari bahasa
Arab “qadli dzaqa” yang
menunjuk statusnya sebagai
“ penghulu suci” kesultanan.
Masa hidup Sunan Kalijaga
diperkirakan mencapai lebih
dari 100 tahun. Dengan
demikian ia mengalami masa
akhir kekuasaan Majapahit
(berakhir 1478), Kesultanan
Demak, Kesultanan Cirebon
dan Banten, bahkan juga
Kerajaan Pajang yang lahir
pada 1546 serta awal
kehadiran Kerajaan Mataram
dibawah pimpinan
Panembahan Senopati. Ia ikut
pula merancang
pembangunan Masjid Agung
Cirebon dan Masjid Agung
Demak. Tiang
“ tatal” (pecahan kayu) yang
merupakan salah satu dari
tiang utama masjid adalah
kreasi Sunan Kalijaga.
Dalam dakwah, ia punya pola
yang sama dengan mentor
sekaligus sahabat dekatnya,
Sunan Bonang. Paham
keagamaannya cenderung
“ sufistik berbasis salaf” -
bukan sufi panteistik
(pemujaan semata). Ia juga
memilih kesenian dan
kebudayaan sebagai sarana
untuk berdakwah.
Ia sangat toleran pada
budaya lokal. Ia berpendapat
bahwa masyarakat akan
menjauh jika diserang
pendiriannya. Maka mereka
harus didekati secara
bertahap: mengikuti sambil
mempengaruhi. Sunan
Kalijaga berkeyakinan jika
Islam sudah dipahami, dengan
sendirinya kebiasaan lama
hilang.
Maka ajaran Sunan Kalijaga
terkesan sinkretis dalam
mengenalkan Islam. Ia
menggunakan seni ukir,
wayang, gamelan, serta seni
suara suluk sebagai sarana
dakwah. Dialah pencipta Baju
takwa, perayaan sekatenan,
grebeg maulud, Layang
Kalimasada, lakon wayang
Petruk Jadi Raja. Lanskap
pusat kota berupa Kraton,
alun-alun dengan dua
beringin serta masjid diyakini
sebagai karya Sunan Kalijaga.
Metode dakwah tersebut
sangat efektif. Sebagian
besar adipati di Jawa
memeluk Islam melalui Sunan
Kalijaga. Di antaranya adalah
Adipati Padanaran,
Kartasura, Kebumen,
Banyumas, serta Pajang
(sekarang Kotagede – Yogya).
Sunan Kalijaga dimakamkan
di Kadilangu -selatan Demak.sampai sekarangpun makam beliau ramai dikunjungi para peziarah terutama pada malam jum'at kliwon atau kliwonan, masyarakat menyebutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar